Selasa, 24 Januari 2017

KATA DAN KLITIKA


NAMA            : TRI AGUSTININGSIH
NIM                : 156148
KELAS           : BINA 2015 B/ 202
RESUM MORFOLOGI
KATA DAN KLITIKA
1.      KATA
a)      HAKIKAT KATA
Istilah kata sering kita dengar dan kita gunakan. Menurut Kridalaksana (2008) mendefinisikan “kata” sebagai (1) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, (2) kata merupakan satuan bahasa yang berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misal : batu , rumah, datang dan sebagainya) atau gabungan morfem (misal : pejuang, mengikuti, pancasila dan sebagainya), (3) satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang telah mengalami proses morfologis. Sedangkan menurut Keraf (2010) menyebutkan bahwa “kata” merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu (entah fonologis maupun morfologis) dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas (contoh distribusi yang bebas dalam kalimat “saya memukul anjing itu; anjing itu kupukul; kupukul anjing itu”). Jadi dapat disimpulkan bahwa kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem.
b)     KLASIFIKASI KATA
§  Kelas Terbuka
Kelas Terbuka adalah kelas yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa.
Yang termasuk kelas terbuka yaitu :
1.      Kelas Veba adalah kata-kata yang menyatakan suatu tindakan atau perbuatan. Kata kerjanya biasanya berfungsi sebagai predikat.
2.      Kelas Nomina adalah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep ataupun pengertian yang berfungsi sebagai subjek dan objek.
3.      Kelas Ajektiva adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu. Misalnya orang, binatang, dan benda.
Ciri dan contoh kelas terbuka :
NO
KELAS TERBUKA
CIRI-CIRI
CONTOH
1.
KELAS VERBA
·         Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat
·         Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah
·         Dapat diingkari dengan kata tidak
·         Berawalan me- dan ber-
·         Pergi dengan pembicara,
Jalan dengan santai
·         Akan mandi, sedang tidur, telah pergi
·         Tidak mandi, tidak dapat, tidak datang
·         Melatih, melihat, bercerita dan berjalan
2.
KELAS NOMINA
·         Dapat diikuti dengan frasa yang + sangat
·         Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, ke-/-an
·         Dapat diingkari dengan bukan
·         Mobil yang sangat bagus, pemuda yang sangat baik
·         Kesehatan, pertunjukan, permainan
·         Bukan dia, buka roti
3.
KELAS AJEKTIVA
·         Dapat diawali dengan kata sangat, paling, dan diakhiri dengan kata sekali
·         Dapat diberi awalan se- dan ter-
·         Dapat diingkari dengan kata tidak
·         Indah sekali/sangat indah, tinggi sekali/sangat tinggi
·         Terluas/seluas, terburuk/seburuk
·         Tidak sulit, tidak mahal
§  Kelas Tertutup
Kelas Tertutup adalah kelas kata yang jumlah keanggotaannya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang.
Yang termasuk kelas tertutup yaitu :
1.      Kelas Adverbia (keterangan) adalah kata yang memberi keterangan verba, nomina, ajektiva, predikatif atau kalimat.
Dilihat dari segi semantik :
a.)    {+negasi} yaitu kata-kata tidak, bukan, tanpa, dan tiada
Contoh : tidak makan, bukan tas, tanpa tangan, tiada kerja.
b.)   {+frekuensi} yaitu kata-kata sering, jarang, kadang-kadang, biasa, sekali-kali, acapkali, dan selalu. Adverbia ini hanya dapat digunakan untuk kelas verba, tidak dapat untuk kelas nomina dan ajektiva.
c.)    {+kuantitas}/ jumlah yaitu banyak, sedikit, cukup, kurang, semua, seluruh, sebagaian, dan beberapa. Contoh : banyak rumah, sedikit uang, cukup uang, kurang air, semua orang, sebagaian orang dll.
d.)   {+kualitas}/ derajat yaitu agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit, dan sekali. Contoh : agak baik, cukup baik, lebih baik, kurang baik, paling baik, dll.
e.)    {+waktu}/ kala yaitu kata sudah, sedang, lagi, tengah, akan, hendak, dan mau. Misalnya : sudah makan, sedang mandi, lagi tidur, tengah menulis, dll.
f.)     {+keselesaian} yaitu kata sudah, belum, baru dan sedang. Misalnya : sudah mandi, belum mandi, baru mandi, sedang mandi.
g.)    {+pembatasan} yaitu kata hanya dan saja. Misalnya : hanya seribu, seribu saja.
h.)   {+keharusan} yaitu boleh, wajib, harus, dan mesti. Misalnya : boleh pergi, wajib pergi, harus pergi, mesti pergi.
i.)      {+kepastian} yaitu kata pasti, tentu, mungkin, barangkali. Misalnya: pasti hadir, tentu datang, mungkin terlambat, barangkali meninggal.
2.      Kelas Preposisi (kata depan) adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa.
Misalnya : Ibuku bekerja di Jakarta pada Departemen Kesehatan
                  Tukang copet itu dipukuli orang banyak hingga babak   belur
3.      Kelas Konjungsi (kata penghubung) adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, klausa dengan klausa, frasa dengan frasa dan kalimat dengan kalimat.
Contoh : Kakak dan adik
                 Minum atau makan
                 Tidak minum, tetapi makan
                 Dia tidak naik kelas karena bodoh
                 Budi meletakkan buku, lalu ia membuka bukunya
Dilihat dari tingkat kedudukannya konjungsi dibagi menjadi 2 yaitu
Æ      Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara.
Contoh :  Mana yang kamu pilih, yang merah atau biru
Kamu yang datang ke rumah saya atau saya yang datang ke rumah kamu ?
Æ      Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsure kalimat (klausa) yang kedudukannya tidak sederajat.
Contoh : Kalau diundang saya akan hadir
               Saya akan datang kalau diberi ongkos
4.      Kelas Artikula (kata sandang) adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau mendefinitkan sesuatu nomina, ajektiva, atau kelas lain.
Contoh :   Mana si gendut, sejak tadi belum muncul
                 Nama kucingku adalah si manis
                 Sang kancil adalah tokoh cerita binatang
5.      Kelas Interjeksi (kata yang mengungkapkan perasaan batin) adalah kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin misalnya : kaget, marah, kagum, sedih dan sebagainya.
Contoh : “Wah, mahal sekali!” kata ibu itu
                 “Alhamdulillah, akhirnya kita berhasil!” seru ketua RT

c)      PEMBENTUKAN KATA SECARA INFLEKTIF DAN DERIVATIF SERTA PARADIGMANYA
Ø  Pengertian Inflektif dan Derivatif
Menurut Chaer, (2007:171) Inflektif adalah sebuah kata yang sama hanya bentuknya yang berbeda yang disesuaikan dengan katagori gramatikalnya. Bentuk-bentuk tersebut dalam morfologi infleksional disebut paradigma infleksional”. Menurut Kridalaksana, (1993:830) mengatakan bahwa infleksi adalah perubahan bentuk kata yang menunjukkan berbagai hubungan gramatikal yang mencakup deklinasi nomina, pronomina, ajektiva, dan konjungsi verba, serta merupakan unsur yang ditambahkan pada sebuah kata untuk menunjukkan suatu hubungan gramatikal. Dapat disimpulkan bahwa infleksi adalah perubahan bentuk kata tanpa mengubah identitas leksikal kata itu dengan atau tanpa mengubah kelas katanya. Secara khusus perubahan bentuk sebuah kata kerja dengan tetap mempertahankan identitas kata kerja itu sama saja artinya dengan mengubah bentuk kata itu, tapi makna kata seperti yang terkandung dalam kata itu tidak berubah.
Menurut Chaer, (2007:175) derivasi merupakan pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya. Menurut Kridalaksana, (1993:40) derivasi adalah proses pengimbuhan afiks non-inflektif pada dasar untuk membentuk kata. Misalnya kata reviews dapat dianalisis atas sebuah prefiks re-, sebuah akar view, dan sebuah sufiks -s. Prefiks re- membentuk leksem baru review dari bentuk dasar view, sedangkan sufiks -s membentuk kata yang lain dari leksem review. Jadi prefiks re- bersifat derivasi, sedangkan sufiks -s bersifat infleksi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa derivasi adalah suatu perubahan proses kelas kata (kata kerja) dengan atau tanpa pemindahan kelas kata.
Perbedaan lain antara infleksi dan derivasi ialah bahwa infleksi biasanya disusun ke dalam suatu paradigma, sedangkan derivasi tidak.
Perbedaannya akan terlihat pada kalimat-kalimat berikut.
1) a. Anak itu menggunting kain.      2) a. Makanan itu sudah basi.
    b. Anak itu gunting rambut. *)          b. Makan itu sudah basi. *)
3) a. Kami mendengar suara itu.       4) a. Saya membaca buku itu.
    b. Kami dengar suara itu.*)               b. Saya baca buku itu.*)
Berdasarkan empat contoh di atas, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa konstruksi menggunting dan makanan tidak sama distribusinya dengan gunting dan makan. Itu sebabnya kalimat 1b dan 2b tidak ada dalam bahasa Indonesia. Di lain pihak, konstruksi mendengar dan membaca sama dengan konstruksi dengar dan baca.Oleh karena itu, kita dapat mempergunakan kalimat 3a atau 3b dan 4a dan 4b konstruksi menggunting dan makanan merupakan contoh derivasi, sedangkan konstruksi mendengar dan membaca contoh infleksi.

2.      KLITIKA
Kata “klitika” bila dianalisa berasal dari kata kerja bahasa Yunani “klinein” yang artinya “bersandar.” Menurut Verhaar, klitika dibagi menjadi dua, yaitu proklitik dan enklitik. Proklitika adalah klitika pada awal kata dan enklitika terdapat pada akhir kata. Karena semua klitika didekatkan pada kata sebagai ko-konstituennya (konstituen yang menyertainya). (Verhaar, 1993, 61-62). Klitika biasanya adalah morfem yang pendek, terdiri dari satu atau dua silabe, tidak dapat diberi aksen atau tekanan apa-apa, melekat pada kata atau frasa yang lain, dan memuat artri yang tidak mudah dideskripsikan secara leksikal. Klitika juga tidak terikat pada kelas kata tertentu, seperti biasanya ada keterikatan itu dengan morfem-morfem terikat. (Verhaar, 1996:119)
a)      Kata berklitika –lah
Ø  Dalam kalimat perintah, -lah dipakai untuk menghaluskan perintahnya: sebagai pementing.
Contoh : Pergilah sekarang, sebelum hujan turun
               Kalau anda mau, ambillah satu atau dua!

Ø  Dalam kalimat berita, -lah dipakai untuk memberi tekanan yang sedikit keras. Bisa juga sebagai pementing.
Contoh : Dialah yang menggugat soal itu
               Cara seperti itu tidaklah pantas

b)     Kata berklitika pun
Ø  Dalam pun dipakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya. Dalam tulisan, pun dipisahkan dari kata di depannya.
Contoh : Mereka pun akhirnya senang tinggal di lokasi itu
                Yang tidak perlu pun dibelinya
Ø  Kata pun sering pula dipakai bersama –lah.
Contoh : Tak lama kemudian, hujan pun turunlah
                Para anggota yang menolak pun mulailah berpikir-pikir lagi

1 komentar:

  1. selamat siang. maaf kak, mau tanya,,
    judul buku referensi untuk klitika ( pun ) apa ya?
    terima kasih.

    BalasHapus