NIM : 156148
KELAS : BINA 2015 B/ 202
RESUM MORFOLOGI
KATA DAN KLITIKA
1. KATA
a)
HAKIKAT KATA
Istilah
kata sering kita dengar dan kita gunakan. Menurut Kridalaksana (2008) mendefinisikan
“kata” sebagai (1) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap
sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, (2)
kata merupakan satuan bahasa yang berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal
(misal : batu , rumah, datang dan sebagainya) atau gabungan morfem
(misal : pejuang, mengikuti, pancasila dan sebagainya), (3) satuan
terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang telah mengalami proses
morfologis. Sedangkan menurut Keraf (2010)
menyebutkan bahwa “kata” merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki
stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi
tertentu (entah fonologis maupun morfologis) dan secara relatif memiliki
distribusi yang bebas (contoh distribusi yang bebas dalam kalimat “saya
memukul anjing itu; anjing itu kupukul; kupukul anjing itu”). Jadi dapat
disimpulkan bahwa kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti
dan terdiri dari satu atau lebih morfem.
b)
KLASIFIKASI KATA
§ Kelas Terbuka
Kelas
Terbuka adalah
kelas yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu
berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat
penutur suatu bahasa.
Yang
termasuk kelas terbuka yaitu :
1.
Kelas Veba adalah kata-kata yang menyatakan suatu
tindakan atau perbuatan. Kata kerjanya biasanya berfungsi sebagai predikat.
2.
Kelas Nomina adalah kata yang
mengacu pada benda, orang, konsep ataupun pengertian yang berfungsi sebagai
subjek dan objek.
3.
Kelas Ajektiva
adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat
atau keadaan sesuatu. Misalnya orang, binatang, dan benda.
Ciri dan contoh kelas terbuka :
NO
|
KELAS TERBUKA
|
CIRI-CIRI
|
CONTOH
|
1.
|
KELAS VERBA
|
·
Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan +
kata sifat
·
Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang,
dan telah
·
Dapat diingkari dengan kata tidak
·
Berawalan me- dan ber-
|
·
Pergi dengan pembicara,
Jalan dengan
santai
·
Akan mandi, sedang tidur, telah pergi
·
Tidak mandi, tidak dapat, tidak datang
·
Melatih, melihat, bercerita dan berjalan
|
2.
|
KELAS NOMINA
|
·
Dapat diikuti dengan frasa yang + sangat
·
Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, ke-/-an
·
Dapat diingkari dengan bukan
|
·
Mobil yang sangat bagus, pemuda yang sangat baik
·
Kesehatan, pertunjukan, permainan
·
Bukan dia, buka roti
|
3.
|
KELAS AJEKTIVA
|
·
Dapat diawali dengan kata sangat, paling, dan
diakhiri dengan kata sekali
·
Dapat diberi awalan se- dan ter-
·
Dapat diingkari dengan kata tidak
|
·
Indah sekali/sangat indah, tinggi sekali/sangat
tinggi
·
Terluas/seluas, terburuk/seburuk
·
Tidak sulit, tidak mahal
|
§ Kelas Tertutup
Kelas
Tertutup adalah
kelas kata yang jumlah keanggotaannya terbatas dan tidak tampak kemungkinan
untuk bertambah atau berkurang.
Yang
termasuk kelas tertutup yaitu :
1.
Kelas Adverbia
(keterangan) adalah
kata yang memberi keterangan verba, nomina, ajektiva, predikatif atau kalimat.
Dilihat dari segi semantik :
a.)
{+negasi} yaitu kata-kata
tidak, bukan, tanpa, dan tiada
Contoh : tidak
makan, bukan tas, tanpa tangan, tiada kerja.
b.)
{+frekuensi} yaitu
kata-kata sering, jarang, kadang-kadang, biasa, sekali-kali, acapkali, dan
selalu. Adverbia ini hanya dapat digunakan untuk kelas verba, tidak dapat untuk
kelas nomina dan ajektiva.
c.)
{+kuantitas}/
jumlah yaitu
banyak, sedikit, cukup, kurang, semua, seluruh, sebagaian, dan beberapa. Contoh
: banyak rumah, sedikit uang, cukup uang, kurang air, semua orang, sebagaian
orang dll.
d.)
{+kualitas}/
derajat yaitu
agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit, dan sekali. Contoh : agak
baik, cukup baik, lebih baik, kurang baik, paling baik, dll.
e.)
{+waktu}/ kala yaitu kata
sudah, sedang, lagi, tengah, akan, hendak, dan mau. Misalnya : sudah makan,
sedang mandi, lagi tidur, tengah menulis, dll.
f.)
{+keselesaian} yaitu kata
sudah, belum, baru dan sedang. Misalnya : sudah mandi, belum mandi, baru mandi,
sedang mandi.
g.)
{+pembatasan} yaitu kata hanya
dan saja. Misalnya : hanya seribu, seribu saja.
h.)
{+keharusan} yaitu boleh, wajib, harus, dan mesti.
Misalnya : boleh pergi, wajib pergi, harus pergi, mesti pergi.
i.)
{+kepastian} yaitu kata
pasti, tentu, mungkin, barangkali. Misalnya: pasti hadir, tentu datang, mungkin
terlambat, barangkali meninggal.
2.
Kelas Preposisi
(kata depan) adalah
kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu
klausa.
Misalnya : Ibuku
bekerja di Jakarta pada Departemen Kesehatan
Tukang copet itu dipukuli
orang banyak hingga babak belur
3.
Kelas Konjungsi
(kata penghubung) adalah
kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan
kata, klausa dengan klausa, frasa dengan frasa dan kalimat dengan kalimat.
Contoh : Kakak dan adik
Minum atau makan
Tidak minum, tetapi makan
Dia tidak naik kelas karena
bodoh
Budi meletakkan buku, lalu ia
membuka bukunya
Dilihat dari tingkat kedudukannya konjungsi dibagi
menjadi 2 yaitu
Æ
Konjungsi
koordinatif adalah
konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya
sederajat atau setara.
Contoh : Mana yang kamu pilih, yang merah atau biru
Kamu yang datang
ke rumah saya atau saya yang datang ke rumah kamu ?
Æ
Konjungsi
subordinatif
adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsure kalimat (klausa) yang
kedudukannya tidak sederajat.
Contoh : Kalau
diundang saya akan hadir
Saya akan datang kalau diberi ongkos
4.
Kelas Artikula
(kata sandang) adalah
kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau mendefinitkan sesuatu nomina,
ajektiva, atau kelas lain.
Contoh : Mana si gendut, sejak tadi belum muncul
Nama kucingku adalah si manis
Sang kancil adalah tokoh cerita
binatang
5.
Kelas Interjeksi
(kata yang mengungkapkan perasaan batin) adalah kata-kata yang
mengungkapkan perasaan batin misalnya : kaget, marah, kagum, sedih dan
sebagainya.
Contoh : “Wah,
mahal sekali!” kata ibu itu
“Alhamdulillah, akhirnya kita
berhasil!” seru ketua RT
c)
PEMBENTUKAN
KATA SECARA INFLEKTIF DAN DERIVATIF SERTA PARADIGMANYA
Ø
Pengertian
Inflektif dan Derivatif
Menurut Chaer, (2007:171) Inflektif adalah sebuah
kata yang sama hanya bentuknya yang berbeda yang disesuaikan dengan katagori gramatikalnya.
Bentuk-bentuk tersebut dalam morfologi infleksional disebut paradigma infleksional”.
Menurut Kridalaksana, (1993:830) mengatakan bahwa infleksi adalah
perubahan bentuk kata yang menunjukkan berbagai hubungan gramatikal yang
mencakup deklinasi nomina, pronomina, ajektiva, dan konjungsi verba, serta merupakan
unsur yang ditambahkan pada sebuah kata untuk menunjukkan suatu hubungan
gramatikal. Dapat disimpulkan bahwa infleksi adalah perubahan
bentuk kata tanpa mengubah identitas leksikal kata itu dengan atau tanpa
mengubah kelas katanya. Secara khusus perubahan bentuk sebuah kata kerja dengan
tetap mempertahankan identitas kata kerja itu sama saja artinya dengan mengubah
bentuk kata itu, tapi makna kata seperti yang terkandung dalam kata itu tidak
berubah.
Menurut
Chaer, (2007:175) derivasi merupakan pembentukan kata
secara derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak
sama dengan kata dasarnya. Menurut Kridalaksana, (1993:40) derivasi adalah
proses pengimbuhan afiks non-inflektif pada dasar untuk membentuk kata.
Misalnya kata reviews dapat dianalisis atas sebuah prefiks re-, sebuah akar
view, dan sebuah sufiks -s. Prefiks re- membentuk leksem baru review dari
bentuk dasar view, sedangkan sufiks -s membentuk kata yang lain dari leksem
review. Jadi prefiks re- bersifat derivasi, sedangkan sufiks -s
bersifat infleksi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa derivasi adalah suatu perubahan proses kelas kata (kata
kerja) dengan atau tanpa pemindahan kelas kata.
Perbedaan
lain antara infleksi dan derivasi ialah bahwa infleksi biasanya
disusun ke dalam suatu paradigma, sedangkan derivasi tidak.
Perbedaannya akan terlihat pada kalimat-kalimat berikut.
1) a. Anak itu menggunting kain. 2) a. Makanan itu sudah basi.
b. Anak itu gunting rambut. *) b. Makan itu
sudah basi. *)
3) a. Kami mendengar suara itu. 4) a. Saya membaca buku itu.
b. Kami dengar suara
itu.*) b.
Saya baca buku itu.*)
Berdasarkan empat contoh di atas, kita dapat menarik
suatu kesimpulan bahwa konstruksi menggunting dan makanan tidak
sama distribusinya dengan gunting dan makan. Itu sebabnya kalimat 1b dan 2b tidak ada dalam bahasa
Indonesia. Di lain pihak, konstruksi mendengar dan membaca sama dengan konstruksi dengar dan baca.Oleh
karena itu, kita dapat mempergunakan kalimat 3a atau 3b dan 4a dan 4b konstruksi menggunting dan makanan merupakan contoh derivasi, sedangkan konstruksi mendengar dan membaca contoh infleksi.
2.
KLITIKA
Kata “klitika”
bila dianalisa berasal dari kata kerja bahasa Yunani “klinein” yang artinya “bersandar.” Menurut Verhaar, klitika dibagi
menjadi dua, yaitu proklitik dan enklitik. Proklitika adalah klitika pada awal
kata dan enklitika terdapat pada akhir kata. Karena semua klitika didekatkan
pada kata sebagai ko-konstituennya (konstituen yang menyertainya). (Verhaar, 1993, 61-62). Klitika biasanya adalah morfem yang pendek, terdiri dari satu
atau dua silabe, tidak dapat diberi aksen atau tekanan apa-apa, melekat pada
kata atau frasa yang lain, dan memuat artri yang tidak mudah dideskripsikan
secara leksikal. Klitika juga tidak terikat pada kelas kata tertentu, seperti
biasanya ada keterikatan itu dengan morfem-morfem terikat. (Verhaar, 1996:119)
a) Kata berklitika –lah
Ø Dalam kalimat perintah,
-lah dipakai untuk menghaluskan perintahnya: sebagai pementing.
Contoh : Pergilah sekarang, sebelum hujan
turun
Kalau
anda mau, ambillah satu atau dua!
Ø Dalam kalimat berita, -lah
dipakai untuk memberi tekanan yang sedikit keras. Bisa juga sebagai pementing.
Contoh : Dialah yang menggugat soal itu
Cara seperti itu tidaklah pantas
b) Kata berklitika pun
Ø Dalam pun dipakai untuk
mengeraskan arti kata yang diiringinya. Dalam tulisan, pun dipisahkan dari kata
di depannya.
Contoh : Mereka pun akhirnya senang tinggal
di lokasi itu
Yang tidak perlu pun dibelinya
Ø Kata pun sering pula
dipakai bersama –lah.
Contoh : Tak lama kemudian, hujan pun
turunlah
Para anggota yang menolak pun mulailah
berpikir-pikir lagi
selamat siang. maaf kak, mau tanya,,
BalasHapusjudul buku referensi untuk klitika ( pun ) apa ya?
terima kasih.