NAMA
: TRI AGUSTININGSIH
NIM :
156148
KELAS :
BINA 2015 B/ 202
RESUM MORFOLOGI
AFIKSASI (PEMBENTUKAN AJEKTIVA)
Menurut Hasan Alwidkk,
adjektiva adalah kata yang member keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu
yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat adjektiva juga dapat berfungsi sebagai
predikat dan adverbial kalimat yang mengacu kepada suatu keadaan. Sedangkan Menurut Harimurti Kridalaksana (1994),
adjektiva atau sering juga disebut sebagai kata sifat adalah kategorisasi yang
ditandai oleh kemungkinannya untuk: bergabung dengan partikel tidak, mendampingi
nomina atau didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, mempunyai
ciri-ciri morfologis seperti –er (er dalam honorer), -if ( if dalam sensitive),
-i (i dalam alami), atau dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an seperti adil
menjadi keadilan, halus menjadi kehalusan, yakin menjadi keyakinan. Dan Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,
ajektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu
yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
ajektiva adalah kata yang memberikan keterangan khusus tentang subjek seperti :
kecil, berat, bundar, dan baik. Kalau Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia ajektiva adalah kata yang menerangkan nomina (kata benda) dan secara umum dapat
bergabung dengan kata lebih dan sangat.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa ajektiva merupakan kata atau kalimat yang mengandung unsur kata sifat.
Afiks – Afiks Dalam Pembentukan Ajektiva :
1. Dasar Ajektiva Berafiks Asli Indonesia
Sudah
disebutkan diatas adanya buku literature yang menyatakan adanya ketumpang tindihan
kata-kata kelas ajektiva dengan kelas lain, seperti kelas verba dan kelas nomina.
Berikut ini kata-kata yang berafiks tumpang tindih :
a)
Dasar Ajektiva
Berprefiks pe-
Ada 2 macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar ajektiva.
Pertama yang diimbuhkan secara langsung dan Kedua yang diimbuhkan melalui verba
berafiks me-kan.
|
|
1)
Pe- + →
|
|
|
2)
→ + → pe-dasar
1.
|
Pemberian afikspe- secara langsung dapat terjadi kalau
dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+sikap batin) dan memberi makna gramatikal
‘yang memiliki sifat (dasar)’
|
·
Pemalu
·
Penakut
·
Pengecut
·
Peragu
|
2.
|
Pemberian prefiks pe- melalui verba berklofiks
me-kan dapat
terjadi apabila dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+keadaan fisik)
dan memberi makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’
|
·
Pengering
·
Pemanas
·
Pelicin
·
Pencemar
|
b)
Dasar Ajektiva Berprefiks
se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar ajektiva
memberi makna gramatikal ‘sama (dasar) dengan nomina yang mengikutinya’.
Misalnya:
·
Secantik
B, ‘sama cantik dengan B’
·
Setinggi
C, ‘sama tinggi dengan C’
Dasar ajektiva dengan prefiks se- bukanlah
berkategori ajektiva sebab tidak dapat diawali adverbial agak atau sangat. Bentuk
agak sepintar dan sangat sepintar tidak berterima. Sebenarnya prefiks se-
bertugas untuk membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau sederajat dalam suatu
system penderajatan.
Perhatikan :
·
setinggi → sama tinggi → tingkat sama
·
(tinggian)
→ lebih tinggi → tingkat lebih
·
(tertinggi)
→ paling tinggi → tinggi paling (superlatif)
c)
Dasar Ajektiva Bersufiks
–an
Pemberian sufiks –an pada semua dasar ajektiva
memberi makna gramatikal ‘lebih (dasar)’ pada nomia yang mengikutinya.
Misalnya :
·
Pintaran
a. ‘lebih pintar a’
·
Nakalan
c, lebih nakal c’
Dasar ajektiva dengan sufiks –an bukanlah
berkategori ajektiva, melainkan berkategori verba, sebab tidak dapat diawali
adverbial agak atau sangat. Bentuk agak tinggian dan sangat tinggian tidak berterima.
Perhatikan :
·
(setinggi) → sama tinggi→ tingkat sama
·
tinggian→
lebih tinggi→ tingkat lebih
·
(tertinggi)
→ paling tinggi→ tinggi paling (superlatif)
d)
Dasar Ajektiva Berprefiks
ter-
Pengimbuhan prefikster- pada semua dasar
ajektiva memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’,
Misalnya :
· Tercantik,
‘paling cantik’
· Tertinggi,
paling tinggi’
· Terbesar,
‘paling besar’
Kata-kata
yang bentuk dasarnya ajektiva dengan prefiks ter- tidaklah termasuk berkategori
ajektiva, melainkan berkategori verba, sebab tidak dapat didahului adverbial
agak dan sangat.Perhatikan :
·
(setinggi)
→ sama tinggi→ tingkat sama
·
(tinggian)→
lebih tinggi→ tingkat lebih
·
tertinggi→
paling tinggi→ tinggi paling (superlatif)
e)
Dasar Ajektiva Berkonfiks
ke-an
Pengimbuhan konfiks ke-an pada dasar ajektiva
akan memberi makna gramatikal ‘agak (dasar)’ bila ajektiva itu memiliki komponen
makna (+warna).
Contoh :
· kekuningan, ‘agak
kuning’
· kemerahan, agak merah’
Makna
gramatikal ‘agak (dasar)’ ini sering lebih dipertegas dengan pengulangan,
sehingga menjadi :
· kehitam-hitaman
· kebiru-biruan
· kekuning-kuningan
Ada sejumlah makna
gramatikal yang dimiliki dasar ajektiva bila
diberi konfiks ke-an yaitu :
NO
|
Dasar
Ajektiva Berkonfiks
Ke-an
Secara Garamatikal
|
Penjelasan
|
Contoh
|
1
|
Bermakna gramatikal
‘terlalu (dasar)’
|
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
(+warna), (+rasa) atau (+ukuran)
|
§ keasinan,
‘terlalu asin’
§
kekecila, ‘terlalu kecil’
|
2
|
Bermakna gramatikal
‘hal (dasar)’
|
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
(+sikap batin)
|
§ ketakutan,
‘hal takut’
§
kekecewaan, ‘hal kecewa’
|
3
|
Bermakna gramatikal
‘mengalami (dasar)’
|
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
(+rasa fisik)
|
§ kesepian,
‘mengalami sepi’
§
kebisingan, ‘mengalami bising’
|
f)
Dasar Ajektiva Berklofiks
me-kan
Dasar ajektiva berklofiks
me-kan memiliki makna gramatikal
‘menyebabkan jadi
(dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
(+ sikap batin).
Contoh :
·
Memalukan,
‘menyebabkan malu’
·
Memilukan,
‘menyebabkan pilu’
·
Mengecewakan,
‘menyebabkan kecewa’
·
Menakutkan,
‘ menyebabkan takut’
g)
Dasar Ajektiva Berklofiks me-i
Dasar ajektiva berklofiks
me-i memiliki makna gramatikal
‘merasa (dasar) pada’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
(+ rasa batin).
Contoh :
·
Mencintai,
‘merasa cinta pada’
·
Mengagumi,
‘merasa kagum pada’
·
Menyenangi,
‘merasa senang pada’
·
Mengasihi,
‘merasa kasih pada’
h)
Dasar Lain
Berkomponen makna (+keadaan)
Kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa
Indonesia sudah merupakan
‘barang jadi’.
Artinya ‘barangj adi’
yang berkategori ajektiva itu memiliki
pula komponen makna
(+bendaan) atau (+ tindakan). Misalnya ajektiva merah dan kuning memiliki juga komponen makna
(+bendaan), sehingga keduanya bias didahului negasi bukan dan tidak. Bentuk-bentuk bukan merah dan tidak merah sama-sama berterima. Ajektiva marah dan benci juga memiliki komponen makna
(+ tindakan).
2.
Pembentukan Ajektiva dengan “afiks”
Serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istilah
(PPI), penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara utuh,
bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya.
Ada 2 macam pembentukan ajektiva dengan “afiks”
serapanya itu :
1
|
Kata
Serapan dari Bahasa
Inggris dan Belanda yang berkategori ajektif dapat kita kenali dari
‘akhiran’ (dalam tanda petik)
|
·
If :Aktif, pasif, objektif, edukatif, konsultatif,
kolektif.
·
Is :Teknis, akademis, kronologis, nasionalis,
egois.
|
2
|
Kata
Serapan dari Bahasa
Arab
yang berkategori ajektiva dapat kita kenali dari
“akhiran” (dalam tanda petik)
|
·
In :Muslimin, mukminin, hadirin, muhajirin.
·
Wi :Duniawi, ukhrawi, nabawi, surgawi, manusiawi.
|
NO
|
Dasar Ajektiva
Berkonfiks
Ke-an Secara Garamatikal
|
Penjelasan
|
Contoh
|
1
|
Bermakna gramatikal
‘terlalu (dasar)’
|
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+warna), (+rasa) atau (+ukuran)
|
§
keasinan, ‘terlalu asin’
§ kekecila,
‘terlalu kecil’
|
2
|
Bermakna gramatikal
‘hal (dasar)’
|
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+sikap batin)
|
§
ketakutan, ‘hal takut’
§ kekecewaan,
‘hal kecewa’
|
3
|
Bermakna gramatikal
‘mengalami (dasar)’
|
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+rasa fisik)
|
§
kesepian, ‘mengalami sepi’
§ kebisingan,
‘mengalami bising’
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar