Selasa, 24 Januari 2017

MORFOFONEMIK


NAMA            : TRI AGUSTININGSIH
NIM                : 156148
KELAS           : BINA 2015 B/ 202
RESUM MORFOLOGI
MORFOFONEMIK
1.      HAKIKAT MORFOFONEMIK
Menurut Ramlan (1987 : 83)  menyatakan bahwa morfofonemik memperlajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem. Sedangkan menurut Arifin (2007 : 8) morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan. Dan  Morfofonemik disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi (Abdul Chaer, 2007 : 194). Morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Didalamnya dipelajari bagaimana morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi (Kridalaksana, 2007 : 183) . Jadi dapat disimpulkan bahwa morfofonemik sebagai suatu proses perubahan bahasa karena ada proses morfemis yang berhubungan dengan tatanan fonologi.

2.      JENIS PERUBAHAN
NO
JENIS PERUBAHAN
PENJELASAN
CONTOH
1
Pemunculan Fonem
Munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang mulanya tidak ada seperti dalam proses peimbuhan prefiks me- yang memunculkan bunyi sengau [m].
me  +  baca → membaca
2
Pelepasan Fonem
Hilangnya fonem seperti dalam proses pengimbuhan prefiks ber- dan juga dalam proses pengimbuhan akhiran.
ber  + renang→ berenang
sejarah + wan → sejarawan
3
Peluluhan Fonem
Luluhnya fonem serta disewakan dengan fonem lain seperti dalam pengimbuhan prefiks me- dan fonem /s/ menjadi luluh dengan berubah fonem nasal /ny/ pada prefiks me-.
me + sikat → menyikat
pe + sikat → penyikat
4
Perubahan Fonem
Berubahnya fonem akibat proses morfologi seperti dalam pengimbuhan prefiks ber-, dimana /r/ menjadi /l/.
ber + ajar → belajar
5
Pergeseran Fonem
Berubahnya posisi fonem dari satu kata ke dalam satu kata lainnya seperti dalam pengimbuhan sufiks
–i dimana fonem /t/ menjadi /ti/.
lompat + i → lompati

3.      MORFOFONEMIK DALAM PEMBENTUKAN KATA BAHASA INDONESIA
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan komposisi hamper tidak ada. Dalam proses afiksasi pun terutama, hanya dalam prefiksasi ber-, prefiksasi me-, prefiksasi pe-, prefiksasi per , konfeksasi pe-an, konfeksasi per-an, dan sufiksasi–an.
a)      Prefiksasi ber-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa :
NO
PROSES PENGIMBUHAN PREFIKS BER-
PENJELASAN
CONTOH
1
Pelepasan Fonem
terjadi apabila bentuk dasar yang diimbuhi mulai dengan fonem /r/, suku pertama bentuk dasar berbunyi [er]
ber + cermin → bercermin
ber + ragam → beragam
2
Perubahan Fonem
/r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar /ajar/
ber + ajar → belajar
3
Pengekalan Fonem
/r/ pada prefiks ber- tahap /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada (1) dan (2)
ber + tamu → bertamu
ber + obat → berobat

b)     Prefiksasi me- (termasuk klofiks me-kan dan me-i)
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me- dapat berupa :
NO
PROSES PENGIMBUHAN DENGAN PREFIKS ME-
PENJELASAN
CONTOH
1
Pengekalan Fonem
tidak ada fonem yang berubah, tidak ada yang dilepaskan dan tidak ada yang ditambahkan. Hal ini terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, w, m, n, ng, dan ny/.
me + rawat → merawat
me + yakin → meyakinkan
2
Penambahan Fonem
penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. Penambahan  fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/.

me + buru → memburu
me + fokus → memfokus
3
Peluluhan Fonem
terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan r/. dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/. konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/.

me + kirim → mengirim
me + tolong → menolong
c)      Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks pe- dan konfiks pe-an sama dengan morfofonemik yang terjadi dalam proses pengimbuhan dengan me- yaitu
§  Pengekalan fonem artinya tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, y, m, n, ng, dan ny/.
pe  +  waris         pewaris                   pe  + manfaat            pemanfaat
                            pewarisan                                                   pemanfaatan
§  Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsonan /b/.
pe  +  bina           pembina
                             pembinaan
§  Peluluhan fonem apabila prefiks pe- (atau pe-an) diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan t/. Dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ nasal /n/.
pe  + siram          penyiram
                             penyiraman

d)     Perifikasi per- dan konfiksasi per-an
Morfofonemik dalam pengimbuhan prefiks per- dan konfiks per-an dapat berupa :
§  Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/ atau suku pertamanya /er/.
pe  +  kerja           pekerja                 per  +  ternak           peternak
§  Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berubah kata ajar.
per  +  ajar           pelajar
§  Pengekalan fonem /r/ terjadi apabia bentuk dasarnya bukan yang disebabkan pada dan di atas.
per  +  kaya             perkaya             per  +  tegas          pertegas

e)      Sufiksasi –an
Morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks ­–an dapat berupa :
§  Pemunculan fonem ada tiga macam fonem yang dimunculkan dalam pengimbuhan ini, yaitu fonem /w/, fonem /y/, dan fonem glottal /?/. Pemunculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /u/.
temu  +  an                temuwan          satu  +  an             satuwan
§  Pergeseran fonem terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini, konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufuk -an tersebut.
jawab + an             ja.wa.ban           kenang  +  an             ke.na.ngan

f)       Prefiksasi ter-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks ter- dapat berupa :
§  Pelepasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/.
ter  +  rangkum               terangkum             ter  +  rebut            terebut

§  Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar anjur.
ter  +  anjur                 teranjur
§  Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefikster- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b diatas.
ter  +  lempar               terlempar


4.      BENTUK BERNASAL DAN TAK BERNASAL
Nasal adalah bersangkutan dengan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mungeluarkan udara melalui hidung, yaitu m,n,ng dan ny. 
a)      Kaitan dengan tipe verba
Afiks
Nasal
Fonem awal bentuk dasar
Contoh
me-
1.Æ
l, r, w, y, m, n, ny, ng
meloncat, peloncat, peloncatan
me-kan
2.m
b, p, f
memilih, pemilih, pemilihan
me-i
3.n
d, t
mendengar, pendengar, pendengaran

4.ny
s, c, j
menyjual, penyjual, penyjualan

5.ng
k, g, h, k
menggali, penggali, penggalian


h, a, i, u, e, o
mengobati, pengobati, pengobatan

6.nge
eka suku
mengelas, pengelas, pengelasan

b)     Kaitan dengan upaya pembentukan istilah
Dalam peristilahan olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju (yang diturunkan dari verba meninju) yang bukan menyatakan profesi. Kemudian berdasarkan bentuk petinju dibuatlah istilah-istilah dalam bidang olahraga seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan penenis), peterjun (payung) (bukan penerjun payung), pegolf (bukan penggolf). Jika dilihat bentuk-bentuk tersebut sebenarnya menurut kaidah penasalan haruslah bernasal. Namun, sebagai istilah yang dibuat secara analogi tidak diberi nasal. 

c)      Kaitan dengan upaya semantik
Untuk memberi makna tertentu, bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal.Umpamanya,bentuk mengkaji dalam arti ‘meneliti’ dibedakan dengan  bentuk mengkaji yang berarti ‘membaca Alquran’.
Contoh yang lain: penjabat  pejabat, penglepasan → pelepasan. Sementara itu, tanpa perbedaan semantik, pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk dasar dan dengan yang tanpa peluluhan lazim digunakan orang secara bersaingan.
Contoh: mensukseskan → menyukseskan, mengkombinasikan → mengombinasikan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar