NIM : 156148
KELAS : BINA 2015 B/ 202
RESUM MORFOLOGI
MORFOFONEMIK
1.
HAKIKAT
MORFOFONEMIK
Menurut Ramlan (1987 : 83) menyatakan bahwa morfofonemik memperlajari
perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan
morfem. Sedangkan menurut Arifin (2007 : 8) morfofonemik adalah proses berubahnya
suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan.
Dan Morfofonemik disebut juga
morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud
morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun
komposisi (Abdul Chaer,
2007 : 194). Morfofonemik adalah
subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Didalamnya dipelajari
bagaimana morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi (Kridalaksana, 2007 : 183) . Jadi dapat disimpulkan bahwa
morfofonemik sebagai suatu proses perubahan bahasa karena ada proses morfemis
yang berhubungan dengan tatanan fonologi.
2.
JENIS
PERUBAHAN
NO
|
JENIS
PERUBAHAN
|
PENJELASAN
|
CONTOH
|
1
|
Pemunculan Fonem
|
Munculnya fonem (bunyi) dalam proses
morfologi yang mulanya tidak ada seperti dalam proses peimbuhan prefiks me-
yang memunculkan bunyi sengau [m].
|
me
+ baca → membaca
|
2
|
Pelepasan Fonem
|
Hilangnya fonem seperti dalam proses
pengimbuhan prefiks ber- dan juga dalam proses pengimbuhan akhiran.
|
ber
+ renang→ berenang
sejarah + wan → sejarawan
|
3
|
Peluluhan Fonem
|
Luluhnya fonem serta disewakan dengan
fonem lain seperti dalam pengimbuhan prefiks me- dan fonem /s/ menjadi luluh
dengan berubah fonem nasal /ny/ pada prefiks me-.
|
me + sikat → menyikat
pe + sikat → penyikat
|
4
|
Perubahan Fonem
|
Berubahnya fonem akibat proses
morfologi seperti dalam pengimbuhan prefiks ber-, dimana /r/ menjadi /l/.
|
ber + ajar → belajar
|
5
|
Pergeseran Fonem
|
Berubahnya posisi fonem dari satu kata
ke dalam satu kata lainnya seperti dalam pengimbuhan sufiks
–i dimana fonem /t/ menjadi /ti/.
|
lompat + i → lompati
|
3. MORFOFONEMIK DALAM PEMBENTUKAN KATA
BAHASA INDONESIA
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa
Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan
komposisi hamper tidak ada. Dalam proses afiksasi pun terutama, hanya dalam
prefiksasi ber-, prefiksasi me-, prefiksasi pe-, prefiksasi per
, konfeksasi pe-an, konfeksasi per-an, dan
sufiksasi–an.
a)
Prefiksasi
ber-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan
prefiks ber- berupa :
NO
|
PROSES
PENGIMBUHAN PREFIKS BER-
|
PENJELASAN
|
CONTOH
|
1
|
Pelepasan Fonem
|
terjadi apabila bentuk dasar yang
diimbuhi mulai dengan fonem /r/, suku pertama bentuk dasar berbunyi [er]
|
ber + cermin → bercermin
ber + ragam → beragam
|
2
|
Perubahan Fonem
|
/r/ pada prefiks ber- menjadi fonem
/l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar /ajar/
|
ber + ajar → belajar
|
3
|
Pengekalan Fonem
|
/r/ pada prefiks ber- tahap /r/
terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada (1) dan (2)
|
ber + tamu → bertamu
ber + obat → berobat
|
b) Prefiksasi me-
(termasuk klofiks me-kan dan me-i)
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan
dengan prefiks me- dapat berupa
:
NO
|
PROSES PENGIMBUHAN DENGAN PREFIKS ME-
|
PENJELASAN
|
CONTOH
|
1
|
Pengekalan Fonem
|
tidak ada fonem yang berubah, tidak ada yang dilepaskan
dan tidak ada yang ditambahkan. Hal ini terjadi apabila bentuk dasarnya
diawali dengan konsonan /r, l, w, m, n, ng, dan ny/.
|
me + rawat → merawat
me + yakin → meyakinkan
|
2
|
Penambahan Fonem
|
penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan
nge/. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya
dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/.
|
me + buru → memburu
me + fokus → memfokus
|
3
|
Peluluhan Fonem
|
terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan
pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan r/.
dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/
diluluhkan dengan nasal /ng/. konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan
konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/.
|
me + kirim → mengirim
me + tolong → menolong
|
c) Prefiksasi pe- dan
konfiksasi pe-an
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan
dengan prefiks pe- dan konfiks pe-an sama dengan morfofonemik yang terjadi dalam proses pengimbuhan dengan me- yaitu
§
Pengekalan
fonem artinya tidak
ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan
konsonan /r, l, y, m, n, ng, dan ny/.




pewarisan pemanfaatan
§ Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m,
n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar. Penambahan fonem nasal /m/
terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsonan /b/.


pembinaan
§
Peluluhan fonem apabila
prefiks pe- (atau pe-an) diimbuhkan pada bentuk
dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan t/. Dalam hal ini
konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal
/ng/, konsonan /p/ nasal /n/.


penyiraman
d)
Perifikasi per- dan
konfiksasi per-an
Morfofonemik dalam pengimbuhan
prefiks per- dan konfiks per-an dapat berupa :
§ Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk
dasarnya dimulai dengan fonem /r/ atau suku pertamanya /er/.


§ Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila
bentuk dasarnya berubah kata ajar.

§ Pengekalan fonem /r/ terjadi
apabia bentuk dasarnya bukan yang disebabkan pada a dan b di
atas.


e)
Sufiksasi –an
Morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks –an dapat
berupa :
§ Pemunculan fonem ada tiga macam fonem yang
dimunculkan dalam pengimbuhan ini, yaitu fonem /w/, fonem /y/, dan fonem
glottal /?/. Pemunculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu
diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /u/.


§ Pergeseran fonem terjadi apabila
sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran dengan
sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini, konsonan tersebut bergeser membentuk
suku kata baru dengan sufuk -an tersebut.


f)
Prefiksasi ter-
Morfofonemik
dalam proses pengimbuhan dengan prefiks ter- dapat berupa :
§
Pelepasan fonem dapat terjadi
apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai
dengan konsonan /r/.


§ Perubahan fonem /r/ pada
prefiks ter- menjadi fonem /l/ terjadi apabila
prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar anjur.

§ Pengekalan fonem /r/ pada
prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefikster- itu
diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b diatas.

4.
BENTUK BERNASAL
DAN TAK BERNASAL
Nasal
adalah bersangkutan dengan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mungeluarkan
udara melalui hidung, yaitu m,n,ng dan ny.
a)
Kaitan dengan
tipe verba
Afiks
|
Nasal
|
Fonem awal bentuk dasar
|
Contoh
|
me-
|
1.Æ
|
l, r, w, y, m,
n, ny, ng
|
meloncat, peloncat,
peloncatan
|
me-kan
|
2.m
|
b, p, f
|
memilih, pemilih,
pemilihan
|
me-i
|
3.n
|
d, t
|
mendengar, pendengar,
pendengaran
|
|
4.ny
|
s, c, j
|
menyjual, penyjual,
penyjualan
|
|
5.ng
|
k, g, h, k
|
menggali,
penggali, penggalian
|
|
|
h, a, i, u, e,
o
|
mengobati,
pengobati, pengobatan
|
|
6.nge
|
eka suku
|
mengelas,
pengelas, pengelasan
|
b)
Kaitan dengan
upaya pembentukan istilah
Dalam
peristilahan olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju)
sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju (yang diturunkan dari verba meninju)
yang bukan menyatakan profesi. Kemudian berdasarkan bentuk petinju dibuatlah istilah-istilah dalam bidang
olahraga seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan
penenis), peterjun (payung) (bukan penerjun payung), pegolf (bukan penggolf).
Jika dilihat bentuk-bentuk tersebut sebenarnya menurut kaidah penasalan
haruslah bernasal. Namun, sebagai istilah yang dibuat secara analogi tidak
diberi nasal.
c) Kaitan dengan upaya
semantik
Untuk memberi makna
tertentu, bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi
nasal.Umpamanya,bentuk mengkaji dalam arti ‘meneliti’
dibedakan dengan bentuk mengkaji
yang berarti ‘membaca Alquran’.
Contoh yang lain:
penjabat → pejabat, penglepasan
→ pelepasan. Sementara itu, tanpa perbedaan semantik, pasangan kata dengan
peluluhan fonem awal bentuk dasar dan dengan yang tanpa peluluhan lazim digunakan
orang secara bersaingan.
Contoh: mensukseskan → menyukseskan,
mengkombinasikan → mengombinasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar