NAMA : TRI AGUSTINGSIH (156148) KELAS : BINA 2015 B/ 202
RESUM KONVERSI, AKROMINISASI DAN
PENYERAPAN
Selain proses afiksasi, reduplikasi dan komposisi, masih ada
proses lain dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Proses lain itu adalah
konfersi, akronimisasi dan penyerapan. Namun, kalau ketiga proses yang lama
betul-betul merupakan mekanisme gramatikal, sedangkan ketigayang terakhir tidak
seluruhnya merupakan masalah gramatikal, karena prosesnya tidak mudah di
kaidahkan dan juga produktifitasnya sangat rendah.
1.
Proses Konversi
Menurut
Chaer (2008:235) Konversi lazim juga disebut derivasi zero, transmutasi, atau transposisi adalah proses
pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu menjadi kata
berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu. Misalnya, kata
cangkul dalam kalimat(1) adalah berkategori nomina, tetapi pada kalimat(2)
adalah berkategori verba.
(1)
Petani membawa cangkul ke sawah.
(2)
Cangkul
dulu tanah itu, baru ditanami.
Jadi
dalam kalimat (1) yang bermodus deklaratif kata cangkul berkategori nimina; sedangkan pada kalimat (2) yang
bermodus imperative kata cangkul berkategori
ferba. Penyebab sebuah nimina tanpa perubahan fisik menjadi sebuah verba,
walaupun dalam modus kalimat yang berbeda adalah kata cangkul, dan sejumlah kata lainnya disamping memiliki komponrn
makna (+ bendaan) juga memiliki komponen makna (+ alat) dan(+tindakan).
Komponen makna (+tindakan) inilah yang menyebabkan kata cangkul itu adalam kalimat interatif menjadi berkategori verbal.
Hal ini berbeda dengan kata pisau yang memiliki komponen makna(+bendaan),
(+alat) dan(- tindakan). Ketiadaan komponen makna (+tindakan) pada kata pisau
iru tidak bisa digunakan sebagai verba dalam kalimat imperative.
Jumlah
kosakata nomina yang memiliki komponen makna (+tindakan) sangat terbatas.
Diantaranya;
·
Kunci
amplas
·
Kikir
sikat
·
Gergaji
pacul
·
Rantai
kupas
·
Tutup
ketam
|
2.
Akronimisasi
Menurut
Chaer (2008 : 236) Akronimisasi adalah proses pembentukan sebuah kata dengan
cara menyingkat sebuah konsep yang di realisasikan dalam sebuah konstruksi
lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut
akronim. Akronim adalah juga sebuah singkatan, namun yang”diperlakukan” sebagai
sebuah kata atau sebuah butir leksikal. Misal’ya kata pilkada yang berasal dari
pemilihan kepala daerah, kata jabotabek yang berasal dari Jakarta bogor,
Tanggerang dan Bekasi dan kata Balita yang berasal dari bawah lima tahun.
Aturan atau kaidah pembentukan akronim
Pertama,
mengambil huruf-huruf (fonem-fonem) pertama dari kata-kata yang membentuk
konsep itu
· IKIP
: institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
· IDI : Ikatan Dokter Indonesia
· ABRI
:Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
·
AMPI
:Angkatan Muda Pembangunan Indonesia
· ASRI
:Akademi Seni Rupa Indonesia
· KUHSAP :Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana
·
IPSI : Ikatan Pencak Silat
Indonesia.
Kata-kata seperti IKIP, IDI, ABRI, dan AMPI lazin diucapkan
dan dituliskan sebagai sebuah kata berbeda dengan SMA (sekolah menengah atas)
dan DPR (Dewan perwakilan rakyat), yang masih tetap dilafalkan dan dituliskan
sebagai singkatan.
Kedua, pengambilan suku kata pertama dari semua kata yang
membentuk konsep itu. Misalnya :
ü
Rukan
: rumah kantor
ü
Balita
: bawah lima tahun
ü
Orpol
: organisasi politik
ü
Moge
: motor gede
ü
Pujasera
: pusat jajanan serba ada
ü
Nalo
: nasional lotere
ü
Puskesmas : pusat
kesehatan masyarakat
Ketiga, pengambilan suku kata pertama ditambah dengan huruf
pertama dari suku kata kedua dari setiap kata yang membentuk konsep itu.
Misalnya :
·
Warteg
: warung
tegal
·
Depkes :
departemen kesehatan
·
Kalbar
: Kalimantan Barat
·
Puspen
: pusat penerangan
Keempat, pengambilan suku kata yang dominain dari setiap kata yang mewadahi
konsep itu. Misalnya:
Juklak
:
petunjuk pelaksanaan
Tilang
:
bukti pelanggaran
Litbang
: penelitian dan
pengembangan
Bintal
: pembinaan mental
Danton
: komandan peleton
Gakin
:
keluarga miskin
Kelima,
pengambilan suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang tampaknya tidak
beraturan, namun masih dengan memperhatikan ”keindahan” bunyi. Misalnya
:
Ø
Pilkada
: pemilihan kepala
daerah
Ø
Organda
: organisasi
angkutan darat
Ø
Kloter
: kelompok terbang
Ø
Bulog
: badan urusan
logistic
Ø
Purek
: pembantu rector
Ø
Unila :
Universitas Negeri
Lampung
Keenam,
pengambilan unsur – unsur kata yang mewadahi konsep itu, tetapi sukar
disebutkan keteraturannya termasuk di seni. Misalnya:
Sinetron
: sinema elektronik
Insert
: informasi
selebritis
Satpam
: satuan pengamanan
Kalapas
: kepala lembaga
pemasyarakatan
Dalhura
: (pasukan)
pengadilan huru hara
Kata – kata yang dibentuk sebagai hasil proses akronimisasi
ini terdapat dalam semua bidang kegiatan dan keilmuan, seperti kepolosian,
kemiliteran, pendidikan, olahraga, ekonomo, kesenian, dan sebagainya. Biasanya
akronim itu hanya dipahami oleh mereka yang berkecimpung dalam bidang kegiatan
tertentu itu. Misalnya, dalam salah satu instansi depdiknas ada akronim dupak
(daftar usulan perhitungan angka kredit), yang hanya dipahami oleh orang –
orang instansi tersebut.
Namun, tidak sedikit akronim bahasa Indonesia yang telah
menjadi kosakata umum, seperti muntaber, wagub. Pemda, lemhanas, hansip,
dirjen, dan sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993) akronim yang
telah menjadi kosakata umum ini didaftarkan sebagai singkatan.
3.
Penyerapan
Penyerapan
adalah proses pengambilan kosakata dari bahasa asing, baik bahasa Eropa
(Belanda, Inggris, Arab,Portugis, dan sebagainya), maupun bahasa asing Asia
(seperti bahasa Arab, bahasa Parsi, bahasa Sansekerta, bahasa Cina, dan lain
sebagainya). Termasuk dari bahasa – bahasa Nusantara ( seperti bahasa Jawa,
Sunda, Minang, Bali, dan sebagainya).
Didalam
sejarahnya penyerapan kosakata asing berlangsung secara audial, artinya melalui
pendengaran. Contohnya seperti orang asing mengucapkan kosakata asing, lalu
orang Indonesia menirukan nya sesui dengan apa yang didengarnya. Karena system
Fonologi bahasa asing itu berbeda dengan system Fonologi bahasa yang dimiliki
orang Indonesia, maka bunyi uajaran bahasa asing ditiru menurut kemampuan lidah
melafalkannya. Begitulah kata bahasa Belanda dome krack dilafalkan menjandi
dongkrak, kata bahasa Sansekerta uttpatti dilafalkan menjadi upeti, kata bahasa
Arab mudharat dilafalkan menjadi melarat, dan kata bahasa Portugis almari
dilafalkan menjadi lemari.
Penyerapan
kata – kata asing secara audial ini berlangsung lama, dan telah menghasilkan
kata –kata yang banyak jumlahnya, yang kadang – kadang sudah tidak diketahui
lagi dari mana asalnya. Kita misalnya, tidak tau lagi dari mana asalnya kata –
kata berikut: surge, neraka, kuman, kertas, waktu, pahala, bandit, jendela, dan
sebagainya.
Sejak
terbit buku Pedoman Pembentukan Istilah dan buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan, penyerapan kata – kata asing harus dilakuakan secara
visual. Artinya berdasarkan apa yangdilihat didalam tulisan. Intinya dari
pedoman pembentukan istilah itu adalah:
Pertama,
kata – kata yang sudah diserap dan lazim digunakan sebelum buku pedoman ini
terbit, tidak perlu diubah ejaanya. Misalnya kata – kata kabar, sirsak,
telepon, iklan, perlu, bengkel, hadir, dan badan.
Kedua,
penyerapan dilakukan secara utuh. Misalnya kata standarisasi, efektifitas,
objektifitas, dan implementasi diserap secara utuh disamping kata standar,
efektif, objektif, dan implement.
Ketiga,
huruf –huruf asing pada awal harus disesuaikan sebagai berikut:
au
tetap au
audiogram
audiogram
autotroph
autotrof
hydraulic
hidraulik
caustic
kaustik
e
dimuka a, u, o dan konsonan menjadi k
calomel
kalomel
construction
konstuksi
cubik
kubik
classification
klasifikasi
crystal
Kristal
c dimuka e, l, dan y menjadi s
central
sentral
circulation
sirkulasi
ceelom
selom
cylinder
silinder
cc
dimuka o,u dan konsonan menjadi k
accommodation
akomodasi
acculturation
alkulturasi
acclamation
aklamasi
cc
dimuka e da I menjadi ks
saccharin
sakarin
charisma
karisma
cholera
kolera
technique
teknik
ch
yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon
eselon
machine
mesin
ch
yang lafalnya c menjadi c
check
cek
china
cina
e
tetap e
effect
efek
description
deskripsi
synthesis
sintesis
ea
tetap ea
idealist
idealis
habeas
habeas
eo
tetap eo
stereo
stereo
geometry
geometri
zeolite
zeolit
f
tetap f
fanatic
fanatik
factor
faktor
fossil
fosil
i
pada awal suku kata di muka vocal tetap i
ion
ion
iota
iota
iambus
iambus
ie
(Belanda) jika dilafalkan i menjadi i
politiek
politik
riem
riem
ie
jika lafalnya i tetap ie
variety
varietas
patient
pasien
efficient
efesien
ng
tetap ng
contingent
kontingen
congres
kongres
linguistics
linguistic
oo
menjadi u
cartoon
kartun
proof
pruf
pool
pul
ou
jika dilafalnya u menjadi u
coupon
kupon
contour
kontur
governur
gubernur
ph
menjadi f
phase
fase
physiology
fisiologi
allomorph
alomorf
q
menjadi k
aquarium
akuarium
frequency
frekuensi
equador
ekuador
rh
menjadi r
rhetoric
retorika
rhythm
ritme
rhapsody
repsodi
sc
dimuka a, o,u dan konsonan menjadi sk
scandium
skandium
scriptie
skripsi
scotopia
skotopia
sc
dimuka e, i, dan y menjadi s
scnography
senografi
scintillation
sentilasi
scyphistoma
sifistoma
sch
dimuka vocal menjadi sk
schema
skema
schizophrenia
skizofrenia
scholasticisme
skolatisisme
t
dimuka i menjadi s jika dilafalnya s
ratio
rasio
action
aksi
patient
pasien
th
menjadi t
theocracy
teokrasi
method
metode
orthography
ortografi
uu
menjadi u
vacuum
vakum
prematuur
premature
v
tetap v
vitamin
vitamin
television
televise
cavalry
kavalery
x
pada awal kata tetap x
xenon
xenon
xylophone
xilofon
x
pada posisi lain menjadi ks
taxsi
taksi
latex
lateks
executive
eksekutif
xc
di muka e dan I menjadi ks
exception
eksepsi
excess
ekses
excitatin
eksitasi
xc
dimuka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation
ekskavasi
exclusive
eksklusif
excursive
ekskursif
y
menjadi y jika lafalnya y
yen
yen
yuan
yuan
yangonin
yangonin
y
menjadi i jika lafalnya i
dynamo
dynamo
propyl
propel
psychology
psikologi
z
menjadi z
zenith
zenith
zodiac
zodiak
zygote
zigot
keempat,
huruf pada akhir kata harus disesuaikan sebagai berikut:
-age
menjadi –ase
Percentage
persentase
Etalage
etalase
-aal,
-eel menjadi –al
Structural, structureel
struktural
Formal, formeel
formal
Normal
normal
-ant
menjadi –an
Accountant
akuntan
Informant
informan
-archy,
-archie, menjadi – arki
Anarchy, anarchie
anarki
Aligarchy, aligarchie
aligarki
-ary,
-air, menjadi –er
Secondary, secundair
sekunder
Primary, primair
primer
Complementary, complementair
komplementer
-(a)tion,-(a)tie
menjasi –asi, -si
Action, actie
aksi
Publication, publicate
publikasi
-ic,-ics,
-que-, -que, -iek, -ica, menjadi –ik, -ika
Logic, logica
logika
Phonetics,
phonetiek
fonetik
Physics, physica
fisika
Technique
teknik
-ic,-isch
menjadi – ik
Electronic, elektronisch
elektronik
Mechanic, mechanisch
mekanik
Ballistic,
ballistisch
balistik
-ical,
-isch menjadi –is
Economical, economishch ekonomis
Practical, practisch
praktis
Logical, logisch
logis
-ism,
-isme, menjadi –isme
Modernism, modernism modernism
Communism, communism komunisme
-ist
menjadi –is
Egoist
egoist
Publicist
publisis
-ive,-ief
menjadi –if
Descriptive, descriptiief
deskriptif
Demonstrative,
demonstratief
demonstratife
-logue
menjadi –log
Catalogue
catalog
Dialogue
dialog
-logy,
-logic menjadi –logi
Technology, technologie teknologi
Physiology, physiologie
fisiologi
Analogy, analogie
analogi
-oir(e)
menjadi –oar
Trottoir
trotoar
Repertoire
repertoar
-or,
-eur, menjadi –ur
Director, directeur
direktur
Inspector, inspecteur
inspektur
Formateur
formatur
-or
tetap –or
Dictator
diktator
Corrector
korektor
-ure,
-uur menjadi –ur
Structure, struktuur
struktur
Premature,prematuur
prematur
Penyerapan
dari bahasa asing yang tidak menggunakan aksara Latin, seperti bahasa Arab,
Rusia, dan Cina tentu harus ditransliterasi atau ditranskripsi dulu kedalam
huruf Latin. Penyerapan dari bahasa – bahasa Nusantara haru disesuaikan dengan
ejaan dan lafal bahasa Indonesia.